Mempelajari Aksara Lontarak

Buku ini berisikan tentang bagaimana cara memakai bahasa bugis dengan benar sesuai kaidah bugis yang benar. Sesuai dengan Judulnya, kita dapat mempelajari cara memakai ejaan Lontara dengan benar - DeaZ.

Morfologi dan sintasi Bahasa Bugis

Buku yang saya temukan di lemari rumah ntah apa isinya yang jelas buku ini sangat baik untuk kita pelajari dan buku ini juga membahas tentang tanah OGI - DeaZ

Kamus Bahasa Bugis

Tak kalah Pnetingnya kita tidak boleh lupa akan hal-hal yang sepeleh. jangan lupakan sesuatu yang telah di ajarkan sejak dari kecil, JANGAN LUPAKAN BAHASAMU SENDIRI - DeaZ

I LA GALIGO

I La Galiogo Merupakan Cirita Bugis kuno yang akan kita simat bermasa. Apa-apakah itu, masih banyak hal yang beluk kita ketahui. Olehnya itu mari kita Simak buku ini - DeaZ.

Materi SMP - Ada Pappaseng

Banyak verita yang dapat kita ambil hikmahnya di buku ini. Cuman, apakah kita masih bisa membaca buku ini. apakah kita masih tau' membaca aksara Lontarak....??? - DeaZ

Rabu, 07 Mei 2014

Ammula-mulanna Riyaseng Ogi ( Bugis )

Apa Mullanna Riyaseng Ogi....
Maksudnya :
Mula-mula yang namanya Bugis....

Kata Bugis Berasal Dari Nama La Sattumpugi

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero-melayu, atau Melayu muda. masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata ‘Bugis’ berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan ‘ugi’ merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading.
Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan Sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi Birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad 16,17,18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama didaerah pesisir. Komunitas Bugis hampir selalu dapat ditemui di daerah pesisir di nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Filipina, Brunei dan Thailand. Budaya perantau yang dimiliki orang Bugis didorong oleh keinginan akan kemerdekaan.


Ini Kumpulan Orang-orang bugis yang melakukan pemotretan dalam acara botting ( Pengangtin )


Kamis, 14 Maret 2013

Raja Bone Ke-23 - La Tenri Tappu To Appaliweng


La Tenri Tappu To Appaliweng iyanaritu rajana bone yae ke-23 mapparenta ritana bone...

La Tenri Tappu To Appaliweng (1775–1812)



La Tenri Tappu To Appaliweng adalah cucu La Temmassonge’ To Appaweling MatinroE ri Malimongeng, dari anaknya yang bernama We Hamidah Arung Takalar Petta MatowaE. La Tenri Tappu menggantikan neneknya menjadi Arumpone pada tanggal 4-6- 1775 M.
-----------
Arumpone La Tenri Tappu inilah yang berkedudukan di Rompegading, sehingga ketika ia meninggal dunia digelar Latenri Tappu MatinroE ri Rompegading. Sebagai Arumpone, ia pernah berperang dengan Addatuang Sidenreng yang bernama La Wawo. Persoalannya adalah karena La Wawo akan melepaskan diri dari keterikatannya dengan Bone. La Wawo bertegas tidak akan memberikan lagi – sebbukati (upeti) yaitu semacam persembahan yang menjadi kewajiban Addatuang Sidenreng.

Setelah melalui pertimbangan yang matang, berangkatlah orang Bone dibawah komando Arumpone untuk menyerang Sidenreng. Karena merasa terancam, Addatuang Sidenreng La Wawo minta bantuan kepada Karaeng Tanete. La Wawo minta kepada Karaeng Tanete agar Arumpone La Tenri Tappu bersama segenap pasukannya dapat dibendung untuk tidak memasuki wilayah Sidenreng. Addatuang Sidenreng La Wawo menyanggupi untuk menyediakan –ubba yaitu semacam bahan peledak kepada Karaeng Tanete dalam membendung serangan Bone.
-------------
Setelah bermusuhan kurang lebih tiga tahun, ternyata orang Bone tidak mampu untuk melewati Sungai Segeri karena dibendung oleh orang Tanete dengan bantuan Petta TollaowE ri Segeri.

Untuk mencegah terjadinya perang yang berkerpanjangan, Pembesar Kompeni Belanda di Ujungpandang segera turun tangan. Pembesar Kompeni Belanda yang bernama Yacobson Wilbey mengingatkan kepada Arumpone La Tenri Tappu untuk mundur ke Bone. Begitu pula kepada Addatuang Sidenreng La Wawo agar menarik pasukannya kembali ke Sidenreng. Dengan demikian, perang antara Bone dengan Sidenreng berakhir.

Ketika perang antara Bone dengan Sidenreng berakhir, datanglah La Wawo kepada Karaeng Tanete membawa 40 orang Batu Lappa dan 20 orang Kasa sebagai pengganti harga ubba yang digunakan Karaeng Tanete selama perang. Dalam masa pemerintahan La Tenri Tappu di Bone, Inggeris menduduki Rotterdam menggantikan Belanda tahun 1814 M.
-------------------
La Tenri Tappu To Appaliweng kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Padauleng untuk dijadikan sebagai Arung Makkunrai(permaisuri) di Bone. We Padauleng adalah anak dari La Baloso, saudara ibunya dengan isterinya yang bernama We Tenriawaru Arung Lempang.

We Padauleng dengan La Tenri Tappu melahirkan anak pertama bernama La Mappasessu To Appatunru, inilah yang kemudian menjadi Mangkau’ di Bone, kedua bernama We Manneng Arung Data, ketiga bernama Batara Tungke Arung Timurung, keempat bernama La Pawawoi Arung Sumaling, kelima bernama La Mappaseling Arung Pannyili, keenam bernama La Tenri Sukki Arung Kajuara, ketujuh bernama We Kalaru Arung Pallengoreng, kedelapan bernama Mamuncaragi, kesembilan bernama La Tenri Bali Arung Ta’, kesepuluh bernama La Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung Bone, kesebelas bernama La Paremma’ Rukka Arung Karella, kedua belas bernama La Temmu Page Arung Paroto Ponggawa Bone MatinroE ri Alau Appasareng, ketiga belas bernama La Pattuppu Batu Arung Tonra.

La Mappasessu To Appatunru kawin dengan We Bau Arung Kaju, anak dari We Rukiyah dengan suaminya yang bernama La Umpu Arung Teko. Dari perkawinannya itu lahirlah; We Baego Arung Macege. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kali ibunya yang bernama Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru. Selanjutnya dari perkawinan We Baego Arung Macege dengan Sumange’ Rukka To Patarai, lahirlah; We Pada Arung Berru dan Singkeru’ Rukka Arung Palakka.

Adapun La Tenri Sukki Arung Kajuara To Malompo di Bone, kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Lippu atau We Maddika Daeng Matana Arung Kaju. Dari perkawinannya itu lahir seorang anak perempuan bernama We Tenriawaru Pancai’tana Besse Kajuara. Daeng Matana adalah anak dari We Maddilu saudara kandung We Padauleng Arung Makkunrai di Bone.

Sedangkan La Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung Bone, kawin dengan We Tabacina atau Bau Cina Karaeng Kanjenne anak dari We Mudariyah MappalakaE Ranreng Talotenre dengan suaminya yang bernama La Pasanrangi Petta CambangE Arung Malolo Sidenreng. Dari perkawinan Bau Cina dengan Petta Anre Guru AnakarungE ; pertama bernama La Parenrengi Arung Ugi. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenriawaru atau Pancai’tana Besse Kajuara anak dari We Tenri Lippu atau We Maddika Daeng Matana dengan suaminya yang bernama La Tenri Sukki Arung Kajuara.
---------------------------
Adik dari La Parenrengi bernama Toancalo Petta CambangE Arung Amali To Marilaleng Bone yang juga sebagai Ranreng Talotenre Wajo. Selanjutnya adik dari Toancalo bernama Sitti Saira Arung Lompu. Adik berikutnya bernama We Rukka, We Ciciba. We Ciciba inilah yang kawin dengan La Pangerang Arung Cimpu.

Kembali kepada saudara perempuan La Tenri Tappu yang bernama We Yallu Arung Apala. Inilah yang melahirkan Datu Pattiro, Datu Soppeng MatinroE ri Tengngana Soppeng dengan suaminya yang bernama La Mappapole Onre Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Anak berikutnya bernama La Mata Esso Sule Datu di Soppeng MatinroE ri Lawelareng. Selanjutnya bernama We Tenri Kaware Arung Saolebbi Arung Balosu. Selanjutnya We Dende, meninggal dunia ketika masih kecil.

La Unru Datu Pattiro kawin dengan We Selima Mabbaju NyilaE anak dari We Mariyama Mabbaju LotongE dengan suaminya yang bernama La Pede Daeng Mabela Pabbicara Sidenreng. Dari perkawinannya itu lahirlah pertama bernama Baso Sidenreng Petta Ambo’na Salengke, kedua bernama We Bonga Petta Indo’na I Lampoko.

Baso Sidenreng Petta Ambo’na Salengke kawin dengan We Waru, kemudian We Kacici. Keduanya adalah anak dari La Patau Petta Janggo Arung Leworeng. Dari perkawinan dengan We Waru lahirlah; pertama bernama We Nibu, kedua bernama La Salengke. Selanjutnya We Kacici melahirkan anak pertama bernama La Palloge, kedua bernama We Jenna, ketiga bernama We Takka.

Sedangkan We Tenri Kaware Arung Balosu kawin dengan Sumange’ Rukka Ambo’ Pajala Arung Tanete anak We Soji Arung Tanete dengan suaminya yang bernama La Makkawaru Arung Atakka Tomarilaleng Bone. Dari perkawinannya itu lahirlah dua anak laki-laki pertama bernama La Patongai Datu Pattiro, kedua bernama La Passamula BadungE.
-------------------------------
La Patongai Datu Pattiro kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Panangareng Datu Lompulle, anak dari We Pancai’tana Arung Akkampeng dengan suaminya yang bernama La Rumpang Megga Karaeng Tanete. We Panangareng dengan La Patongai melahirkan anak bernama La Onro Datu Lompulle.

La Passamula BadungE kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bonga Petta Indo’na I Lampoko. Dari perkawinan itu lahirlah anaknya pertama bernama Bau Baso Arung Balosu, inilah yang menjadi Sule Datu di Soppeng. Kedua bernama Sitti Hawang, ketiga bernama We Mira.

Bau Baso Arung Balosu kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Nebu Petta Indo’na Matta anak Baso Sidenreng dengan isterinya We Waru. Dari perkawinan itu lahirlah ; pertama bernama We Matta, kedua bernama Mahmud Petta Bau, ketiga bernama We Besse.

Sitti Hawang kawin dengan La Cakkudu Petta Amparita, anak La Panguriseng Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang bernama We Bangki Arung Rappeng. We Sitti Hawang dengan La Cakkudu melahirkan anak bernama La Pasanrangi Datu Taru.

We Taka kawin dengan La Sanreseng Datu Lamuru, anak dari Jaya Langkara Datu Lamuru dengan isterinya yang bernama We Tellongeng. Dari perkawinan itu lahirlah We Sengngeng. Inilah yang kawin dengan La Sana Arung Lompengeng, anak dari La Page Arung Lompengeng dengan isterinya yang bernama We Bonga. We Sengngeng dengan La Sana melahirkan anak bernama We Yasiyah. We Yasiyah inilah yang kawin dengan La Coppo Daeng Mangottong, anak dari La Massikkireng Arung Macege dengan isterinya yang bernama Sitti Aminah Arung Pallengoreng.

We Jenna kawin dengan La Passamula Datu Lompulle Ranreng Talotenre Arung Matowa Wajo MatinroE ri Batubatu. Anak dari La Patongai Datu Lompulle Ranreng Talotenre dengan isterinya Besse Arawang. Dari perkawinannya itu lahirlah La Mappe Datu Mario Riawa. Kemudian La Mappe kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Besse anak Sule DatuE Arung Balosu dengan isterinya yang bernama We Nebu Petta Indo’na Matta. Selanjutnya We Besse dengan La Mappe melahirkan anak perempuan yang bernama Isa Arung Padali.

We Matta kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Pasanrangi Datu Taru, anak dari Sitti Hawang dengan suaminya La Cakkudu Petta Amparita. Kemudian We Matta dengan La Pasanrangi melahirkan anak pertama bernama La Bandu, kedua bernama We Selo. We Selo kawin dengan La Jojjo Arung Berru Karaeng Lembang Parang, anak dari We Batari Arung Berru dengan suaminya La Mahmud Karaeng ri Baroanging. Dari perkawinannya itu lahirlah We Tenri.

La Onro Datu Lompulle kawin dengan We Cecu Arung Ganra yang juga Arung Belawa Orai. Anak dari We Sitti Tahirah Patola Wajo dengan suaminya To Lempeng Arung Singkang yang juga Datu Soppeng Rialau. Kemudian We Cecu dengan La Onro melahirkan anak ; pertama bernama We Soji Datu Madello, kedua bernama La Pabeangi Arung Ganra, ketiga bernama La Rumpang Datu Pattiro Ranreng Talotenre.

We Soji Datu Madello kawin dengan Loa Tengko Manciji Wajo Arung Belawa Alau anak dari La Tune Arung Bettempola dengan isterinya Sompa Ritimo Arung Penrang. Dari perkawinannya itu lahirlah; pertama bernama La Cella, kedua bernama We Tenri Arung Belawa , ketiga bernama We Panangareng Datu Madello, keempat bernama La Patongai Datu Doping.

La Pabeangi Arung Ganra kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Sui Datu Watu Arung Lapajung Patola Wajo, anak dari We Mappanyiwi Patola Wajo dengan suaminya yang bernama La Walinono Datu Botto. We Tenri Sui dengan La Pabeangi melahirkan anak; pertama bernama La Wana Arung Ganra, kedua bernama La Jemma Datu Lapasung, ketiga bernama We Yaddi Luwu Datu Watu, keempat bernama Sitti Tahira Patola Wajo Datu MallanroE. Sitti Tahira inilah yang kawin dengan sepupu tiga kalinya yang bernama La Bandu, tidak melahirkan anak.

La Wana kawin dengan sepupu tiga kalinya yang bernama Isa Arung Padali anak dari La Mappe dengan isterinya yang bernama We Besse. Kemudian La Mappe kawin lagi dengan We Cingkang anak dari La Jalante Jenderal Tempe. Dari perkawinannya itu lahirlah La Mori. Selanjutnya Isa dengan La Wana Arung Ganra melahirkan anak; pertama bernama La Walinono Arung Laleng Bata, kedua bernama We Tenri Dio Datu Lompulle, ketiga bernama Galette, keempat bernama Abu Baedah.

We Yaddi Luwu kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mangkona Datu Mario Riwawo anak dari La Wawo Datu Botto dengan isterinya yang bernama We Tenri Leleang Datu Mario Riwawo. We Yaddi Luwu dengan La Mangkona melahirkan anak; pertama bernama La Sade, kedua bernama We Tenriabeng, ketiga bernama We Tenriangka, keempat bernama We Cecu, kelima bernama We Tenri Pakkemme’.
----------------------
La Onro Datu Lompulle kawin lagi dengan We Dulung, melahirkan seorang anak bernama La Cube. Inilah yang kemudian menjadi Pangulu Lompo di Galung. La Cube kawin dengan We Munde saudara perempuan Jenderal Lompengeng, anak dari La Page Arung Lompengeng dengan isterinya We Bonga. Dari perkawinan La Cube dengan We Munde ; pertama bernama La Singke, kedua bernama We Sukki, ketiga bernama Sitti Saleha, keempat bernama La Mahmud.

La Rumpang kawin lagi dengan We Tappa dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Makkulawu.
Sampai disinilah keterangan tentang keturunan We Yallu Arung Apala yang bersaudara kandung dengan We Banrigau Arung Tajong. We Banrigau Arung Tajong kawin dengan La Tenriangka Arung Ujung anak dari Tomarilaleng Pawelaiye ri Gowa dengan isterinya yang bernama Sitti Aminah Karaeng Somba Opu yang juga Karaeng Tallo. Perkawinannya itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Tenri Wari.

Kemudian We Banrigau Arung Tajong kawin lagi di Wajo dengan La Sampenne Petta La Battowa CakkuridiE ri Wajo yang juga sebagai Arung Liu. Anak dari La Paulangi To Saddapotto Daeng Lebbi Arung Bette dengan isterinya We Tenri Ampa Arung Singkang. We Banrigau dengan Petta La Battowa melahirkan anak; pertama bernama We Sawe Arung Liu, kedua bernama La Olli Maddanreng Bone, ketiga bernama We Sikati Andi Ecce
We Sikati kawin dengan La Sampo Arung Ugi yang juga sebagai Arung Belawa. Anak dari La Mampulana Arung Ugi dengan isterinya yang bernama We Bakke Datu Kawerang. Dari perkawinannya itu, lahirlah ; pertama bernama We Busa Petta WaluE Arung Belawa, kedua bernama La Rappe Arung Liu Arung Ugi yang juga Maddanreng di Bone dan Sule Ranreng Tuwa ketika sepupu satu kalinya yang bernama We Hudiyah menjadi Ranreng Tuwa. Ketiga bernama La Maggalatung Daeng PaliE Arung Palippu.

We Busa Arung Belawa kawin dengan La Tompi Arung Bettempola MatinroE ri Wajo. Anak dari La Sengngeng Arung Bettempola MatinroE ri Salawa’na dengan isterinya We Mappangideng Arung Macanang. Dari perkawinan itu lahirlah; pertama bernama We Kalaru Arung Bettempola, kedua bernama La Paramata atau La Tatta Raja Dewa Arung Bettempola, ketiga bernama La Tune Mangkau atau La Tune Sangiang Arung Bettempola MatinroE ri Tancung.

We Kalaru kawin dengan La Patongai Datu Lompulle Ranreng Talotenre, anak dari We Mudariyah MappalakaE dengan suaminya La Pasanrangi Petta CambangE Arung Malolo Sidenreng. Dari perkawinannya itu lahirlah; pertama laki-laki bernama La Mangkona To Rao PajumpungaE Datu Alau Wajo dan juga sebagai Arung Palippu.

La Rappe Arung Liu kawin dengan We Besse Daeng Taleba Arung Penrang anak dari We Jiba Datu Bulu Bangi dengan suaminya La Saliwu Petta KampongE Arung Atakka. Dari perkawinannya itu lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Sompa Ritimo Arung Penrang MatinroE ri Cinnong Tabi. Kemudian Sompa Ritimo kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Tune Mangkau Arung Bettempola. Anak dari We Busa Petta WaluE dengan suaminya La Tompi Arung Bettempola MatinroE ri Wajo.

Sompa Ritimo dengan La Tune Sangiang melahirkan anak yang bernama La Gau, inilah yang kemudian mejadi Ranreng di Bettempola Wajo. La Gau kemudian kawin dengan We Tenri Sampeang Denra WaliE Arung Patila. Anak dari We Baru Arung Patila dengan suaminya yang bernama La Saddapotto Maddanreng Pammana. Kemudian La Gau dengan We Tenri Sampeang melahirkan anak yang bernama La Jamarro, inilah yang kemudian menjadi Paddanreng Bettempola. Anak berikutnya adalah La Cengke Manciji Wajo, La Tengko Arung Belawa Alau, juga sebagai Manciji Wajo, La Jollo Datu Patila, La Mamu Petta Yugi, La Come, We Gallo Arung Liu,

We Gallo Arung Liu, kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mangkona To Rao PajumpungaE, tidak ada anaknya. Kemudian PajumpungaE kawin lagi dengan sepupu satu ayahnya yang bernama We Nyili’timo Arung Baranti, anak dari La Panguriseng .

Arumpone La Tenri Tappu yang tempat tinggalnya Rompegading dan Bone secara bergantian. Pada tahun 1812 M. ia meninggal dunia di Rompegading, maka dinamakanlah MatinroE ri Rompegading. La Tenri Tappu To Appaliweng Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading digantikan oleh anaknya yang bernama La Mappasessu To Appatunru sebagai Mangkau’ di Bone.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Jumat, 01 Maret 2013

Anrena Tau Ogie : Cangkuneng

Anre-anrena tau Ogie, biasae nanre akku engka acara. botting, appanololon, dsb...
Artinya
Makanan orang Bugis, Biasa di sajikan dikalau ada acara seperti : Pengantin, Akikah dsb.....


Cangkuneng
KUE BUGIS KETAN HITAM

Bahan Kulit:
--------------
* 200 gr tepung ketan hitam
* 30 gr tepung ketan putih
* 1 sdt garam
* 50 gr gula pasir
* 125 ml santan
* daun pisang

Isi:
----
* 100 gr kelapa setengah tua, kupas parut
* 100 gr gula pasir
* 2 lbr daun pandan, cabik-cabik
* 100 ml air

Kuah:
-------
* 250 ml santan
* 1/2 sdt garam
* 1 sdt tepung beras

Cara Membuat:
-----------------
1. Kulit: campur tepung ketan bersama garam, dan gula pasir.
2. Uleni sambil dituangi santan sedikit demi sedikit sampai kalis dan dapat dipulung.
3. Bagi adonan menjadi 20 bagian, sisihkan.
4. Isi: taruh kelapa parut, gula pasir, daun pandan, dan air dalam wajan.
5. Masak dengan api kecil sambil sekali-sekali diaduk sampai matang.
6. Angkat bagi menjadi 20 bagian.
7. Kuah: campur santan, garam, dan tepung beras, aduk rata.
8. Masak sambil diaduk sampai kental.
9. Ambil 1 bagian adonan kulit, pipihkan, isi dengan 1 bagian adonan isi, bulatkan.
10. Ambil selembar daun pisang taruh bulatan adonan dan beri 1 sdm adonan kuah.
11. Bungkus bentuk kerucut, sematkan dengan lidi.
12. Kukus sampai matang selama 15 menit.


Bahan diatas dapat di sajikan untuk 15 orang. Jadi, Sesuaikan dengan kondisinya yach.....

"ankkammai maelo moti manre beppa tauwede na cappuni beppae...."
Artinya :
"jangan sampai masih mau makan kue orang tapi udah habismi kue...."


Sebetullnya itu bukan "CANGKUNENG" . Cangkoneng itu bahasa kasarnya, bahasa yang selalu di pakai setiap hari. Bahasa halusnya itu " CANGKUNING"......
jadi apabila memakali bahasa bugis "pakanjakiwi di'' ( Perbagus )..... - DeaZ

Selasa, 12 Februari 2013

Ada Papaseng Na Tau Riolota Part II

Lama baru nge-update lagi, berhubung baru belajar buat blog. apa lagi blog yang dibuat ini nggak ada penhasilannya sedikit pun. jadi di mohon kepada pembaca agar membantu dalam pembuatan blog ini. walaupun itu cuman sekedar saran dan kritik......

Enka topa lanjutanna Ada Pappasenna tau riolota bagian 2.....
Adapun lanjutan ada pappasenna tau riolota bagian 2......

--------------------------------------------------------
7.
Pangaderengnge Temmakkullei Sia Riappassan
Apa' Lanro Alenai Arajangnge.
Pada Toisa Temmakkulleni Risui'
Matae Risappe'
Daucculie Riteppe'
Lilae Enrenge
Aje Nariabbeyang.

Artinya :
Adat Istiadat Itu Tidak Mungkin Dilaksanakan Secara Paksa
Sebab Dia Adalah Tubuh Dari Kebesarang Kekuasaan
Sama Saja Dengan Tidak Mungkinnya
Dicungkil Mata
Dipotong Daun Telinga
Dipotong Lidah
Dan Kaki Kemudian Dibuang.

---------------------------------------------------------------------
8.
Iyatopa Upoadakko, Appujio Sio Mumadeceng Kalawing Ati, Apa' Sininna Decengnge Enrengnge Upe'e Polemanengngi Rideceng Kalawing Atie.
Aja' Sio Mualai Pompola To Mapperumae Riwatakkalemu, Iyana Ritu Matae, Daucculie, Lilae Inge'e. Tomapperuma Maneng Ritu Riwatakkale.
Iyasa Muala Pompola Mattungka Engkae Riwatakkalemu, Iyana Ritu Kalawing Ati Madecengnge. Aja' Sio Namasero Muatepperi Pangkau Kenna Tomaperrumae.
Iyana Ritu Pakkitanna Matae, Parengkalinganna Acculie, Ada Adanna Lilae, Paremmaunna Inge'e. Gau'na Kalawing Ati Madecengnge Madecengngi Riakkatenning, Matanna Kalawing Atie De' Nakaita-Ita, Lilana Kalawing Ati Madecengnge De' Nakapau Pau, Dacculinna Kalawing Ati Madecengnge De' Nakaengka Engkalinga, Inge'na Kalawing Ati Madecengnge De' Nakaemma Emmau Mainge' Tongeng Tongeng.
Naengngerangngi Sininna Pura Naengkalingae, Naengngerangngi Pura Naitae Pura Napoadae.

Artinya :
Juga Saya Katakan, Cintai Dan Berbaiksangkalah Kepada Sesamamu, Sebab Semua Kebaikan Dan Kemujuran Bersumber Dari Baik Sangka/Ketulusan Hati.
Janganlah Hendaknya Menjadikan Pimpinan, Penumpang Dalam Tubuhmu, Yaitu Mata, Telinga, Lidah, Hidung.
Jadikanlah Pimpinan Yang Memang Ada Di Dalam Tubuhmu Ialah Ketulusan Hati Yang Baik. Jangan Terlalu Mempercayai Tingkah Laku Penumpang Dalam Tubuhmu Yaitu Penglihatan Mata, Pendengaran, Pendengarang Telinga, Perkataan Lidah, Penciuman Hidung.
Perbuatan Hati Yang Tulus Baik Dipegang, Matanya Hati Yang Tulus Tidak Sembarang Melihat, Lidahnya Hati Yang Tulus Tidak Sembarang Berkata, Telinganya Hati Yang Tulus Tidak Sembarang Mendengar, Hidungnya Hati Yang Tulus Tidak Sembarang Mencium.
Mengingat Semua Yang Pernah Didengarnya, Mengingat Semua Yang Pernah Dilihatnya, Mengingat Semua Pernah Dikatakannya.

-----------------------------------------------------------------------------
9. Eppa'i Gau'na To Malempu'e.
•    Mula Mulanna Riasalaiwi Maddampeng,
•    Maduanna Riparennuwangiwi Tennacekka Risanresiwi Tenna Pabelleyang,
•    Matelluna Temmangowai Engnge Yania Elo'na/Anunna,
•    Maeppa'na Tennasenna Deceng Narekko Alenamna Podecengengngi, Iyami Naseng Deceng Nakko Massamai Decenna.

Artinya : Ada Empat Perbuatan Orang Jujur.
•    Permulaannya Dimaafkan Orang Yang Bersalah Padanya,
•    Kedua Tidak Culas Bila Diharapkan Tidak Goyah/Mungkir Bila Disandari/Diharapkan,
•    Ketiga Tidak Rakus Kepada Yang Bukan Haknya,
•    Keempat Belum Dianggap Kebaikan Apabila Hanya Tertuju Kepadanya Sendiri, Baru Dianggap Kebaikan Apabila Sudah Menyeluruh Kepada Rakyat.

==============================================================
10. Kegae Ripaggettengang Bicara?,Eppai Tau Dipaggettengang Bicara :
•    Seuwani To Mawatangnge,
•    Maduanna To Majekkoe,
•    Matelluna To Maccae,
•    Maeppa'na To Bongngo'e.
Artinya : Kepada Siapa Hukum Harus Ditegakkan?, Ada Empat Orang Yang Hukum Harus Ditegakkan Padanya Yaitu :
•    Pertama Orang Yang Kuat,
•    Kedua Orang Yang Culas,
•    Ketiga Orang Yang Pintar,
•    Keempat Orang Yang Bodoh.

_______________________________________________
11. Eppa' Tanrana Tomadeceng Kalawing Atie,
•    Seuwani Passu'i Ada Napatuju,
•    Maduanna Matu'i Ada Nasitinaja,
•    Matellunna Duppaiwi Ada Napasau',
•    Maeppa'na Molai Ada Napadapi'.
Artinya : Ada Empat Tanda Tanda Orang Yang Baik Hati,
•    Pertama Mengeluarkan Perkataan Yang Benar,
•    Kedua Menyusun Kata Kata Yang Pantas,
•    Ketiga Menerima Perkataan Dan Menguasainya,
•    Keempat Meneliti/Meniti Perkataan Dengan Sempurna.

........................................................................................................
12. Aja' Mupalalloiwi Gau' Tettongemmu, Aja' To Mupalalloi Wi Ampe Sinratammu, Aja'to Mupaliwengiwi Ada Ada Tudangemmu.
Iyana Ritu Tau Riagelli Tenriaddampengang Ri Allah SWT Toppaliwengi Engngi Ada Ada Enrengnge Pangkaukeng Tudangenna. Rekko Roppo-Roppo'ko Naese'ko Nasalagao.
Salaiyyangngi Laleng Tomawatangnge, Lesso'pi Lalo Mutokkong.
Temmate Lempa'e, Mawatang Sapparenna Atongengengnge.

Artinya :
Jangan Bertindak Meliwati Kemampuanmu, Jangan Bersifat Dibuat Buat Dengan Maksud Untuk Mengalahkan Sesamamu, Juga Jangan Berkata Berlebihan.
Orang Yang Demikian Perbuatannya Dikutuk Oleh Allah SWT, Andaikan Engkau Belukar Akan Dibersihkannya.
Hindari Jalanan Yang Dilalui Orang Yang Kuat, Setelah Dia Liwat Baru Engkau Tegak. Kejujuran Tidak Akan Kalah, Sulit Mencari Kebenaran.

|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
13. Limai Uwangenna Riallolongengi Deceng,
•    Seuwani Pakatunai Alemu Risilasannae,
•    Maduanna Saroko Maserisilasannae,
•    Matellunna Makkareso Patujue,
•    Maeppa'na Moloie Roppo Roppo Narawe',
•    Malimanna Molae Laleng Namatike' Nappa Sanre' Ri Allah SWT.
Artinya : Lima Jenis Sifat Manusia Menghasilkan Kebaikan,
•    Pertama Merendahkan Diri Sepatutnya,
•    Kedua Mencari Kawan/Sahabat Sepatutnya,
•    Ketiga Berbuat/Bekerja Yang Baik Dan Benar,
•    Ke Empat Kembali Apabila Menghadapi Rintangan,
•    Kelima Waspada Dalam Perjalanan Sambil Berserah Diri Kepada Allah SWT

La Pabbenteng Petta Lawa

La Pabbenteng Petta Lawa
 
 La Pabbenteng Petta Lawa (1946–1951)
La Pabbenteng adalah anak dari Baso Pagilingi Abdul Hamid, Petta Ponggawa Bone yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Bulu Awo perbatasan Siwa dengan Tanah Toraja dengan isterinya We Cenra Arung Cinnong. Sedangkan Baso Pagilingi Ponggawa Bone adalah anak dari La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Jakarta, Arumpone ke 31.

Masa Pemerintahan
-------------------
La Pabbenteng Petta Lawa Arung Macege menjadi Mangkau’ di Bone yang diangkat oleh NICA (Nederland Indiche Civil Administration), suatu organisasi baru yang dibentuk oleh Belanda dan sekutunya yang bertujuan untuk berkuasa kembali di Indonesia. Padahal Bangsa Indonesia telah memperoklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta.

Setelah La Mappanyukki berhenti menjadi mangkau’ di Bone, maka tidak ada lagi putra mahkota yang dapat menggantikannya kecuali La Pabbenteng Petta Lawa Arung Macege. Oleh karena itu, NICA mengangkatnya menjadi Arumpone atas persetujuan anggota Ade’ Pitu-E Bone menggantikan La Mappanyukki Datu Malolo ri Suppa.
---------
Sebelum diangkat menjadi Mangkau di Bone, La Pabbenteng memang selalu dekat dengan NICA dan selalu bersama-sama apabila NICA bepergian. Oleh karena itu dia diberi pangkat kemiliteran yaitu Kapten Tituler. Setelah diangkat menjadi Mangkau’ Bone, pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel Tituler.

Pada waktu La Mappanyukki akan diangkat menjadi Mangkau’ di Bone, salah seorang anggota Hadat Tujuh Bone yang menolaknya adalah La Pabbenteng Arung Macege. Karena menurutnya dia lebih berhak untuk menduduki akkarungengE ri Bone sebab dialah yang paling dekat dengan La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Jakarta. Akan tetapi sebelum Perang Dunia II La Pabbenteng memperbuat kesalahan di Bone yaitu membunuh sepupunya yang bernama Daeng Patobo. Oleh karena itu, Gubernur Belanda bersama Hadat Tujuh Bone memutuskan untuk mengasingkan La Pabbenteng. Setelah datang Jepang, barulah La Pabbenteng kembali dari pengasingannya.
--------------
Ketika ia diasingkan, kedudukannya sebagai Arung Macege digantikan oleh La Pangerang Daeng Rani anak La Mappanyukki Datu Malolo ri Suppa Arumpone ke 32. Kedudukan itu berakhir setelah diasingkan oleh NICA ke Tanah Toraja bersama ayahnya La Mappanyukki karena pernyataannya yang tetap berdiri dibelakang Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh Sukarno Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada saat La Pabbenteng menjadi Arumpone ia melengkapi perangkat pemerintahannya dengan mengangkat To Marilaleng La Maddussila Daeng Paraga menjadi MakkedangE Tanah. Selanjutnya La Sulo Lipu Sulewatang Lamuru diangkat menjadi To Marilaleng menggantikan La Maddussila Daeng Paraga.

La Pabbenteng kawin di Sidenreng dengan We Dala Uleng Petta Baranti, anak dari We Bunga dengan suaminya yang bernama La Pajung Tellu Latte Sidenreng. Cucu langsung Addatuang Sidenreng dari ibunya dan cucu langsung Arung Rappeng Addatuang Sawitto dari ayahnya.
--------------
Arumpone La Pabbenteng kemudian diperintahkan oleh NICA untuk mempersatukan arung-arung (raja-raja) di Celebes Selatan untuk membentuk organisasi yang bernama Hadat Tinggi. Organisasi ini diketuai sendiri oleh Arumpone La Pabbenteng dan wakilnya adalah La Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang. Hadat Tinggi itulah yang ditempati oleh Gubernur NICA untuk melaksanakan pemerintahannya di Celebes Selatan.

Pada masa pemerintahan La Pabbenteng di Bone, NICA mengadakan Komperensi Malino yang diprakarsai oleh Lt.G.Dj.Dr.H.J.van Mook, sekaligus sebagai pimpinan. Komperensi itu dihadiri oleh wakil-wakil dari Celebes, Sunda Kecil dan Maluku yang bertujuan membentuk suatu negara dalam negara Republik Indonesia yaitu Negara Indonesia Timur (NIT).
-------------
Pada tanggal 12 November 1948, Gubernur NICA di Ujungpandang menyerahkan kepada Arumpone La Pabbenteng untuk menjadi Ketua Hadat Tinggi dan memasukkan sebagai satu bahagian dari Negara Indonesia Timur. Namun bentukan NICA itu tidak berumur panjang, sebab pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia kepada Bangsa Indonesia. Selanjutnya terbentuklah Republik Indonesia Serikat dan bubar pulalah Hadat Tinggi bentukan NICA.

Dalam tahun 1950 La Pabbenteng mengundurkan diri sebagai Arumpone, dia berangkat ke Jawa bersama isterinya. Begitu pula anggota Hadat Bone, semua meninggalkan kedudukannya sebagai anggota Hadat Bone.
--------------

Rabu, 16 Januari 2013

Ada Papaseng Na Tau Riolota

Pappaseng dan pangaja artinya adalah pesan pesan dan nasihat dari orang orang tua (suku Bugis) yang biasa di utarakan bagi anak, cucu, ataupun keluarga terdekat. Yang biasa orang bugis katatan yaitu sebagai berikut :

1. Ritomainge'e Eppa' Masero Madecceng :
•    Mula Mulanna Namaiseiwi Topurae Mamaseiwi,
•    Maduanna Tenri Ellauwi Nabbere, Temmattajeng Pamale',
•    Matellunna Tulung Ngengngi Sukara'na Taue Risingangka-Gangkanna Pattulung,
•    Maeppa'na Mappangaja' Lettu' Riperu'e
     "Artinya : Bagi Orang yang Panjang Ingatannya Ada Empat Hal yang Sangat Baik :
•    Permulaannya Mengasihani Orang yang Pernah Mengasihaninya,
•    Kedua Memberi Tanpa Diminta Dan Tidak Menunggu Pembalasan,
•    Ketiga Menolong Kesukaran Orang Dengan Sepenuhnya,
•    Keempat Memberi Nasihat dengan Tulus."
===================================
2. Pappaseng dua...

Iyatopa Upasengakko
Aja' Mumacennimpegang
Aja'to Mumapai Wegang
Nasaba' Macennimpegakko Riemme'ko
Mapai' Wegakko Riluwako.

Artinya :
Juga Saya Pesankan
Jangan Terlalu Manis (Baik)
Jangan Terlalu Pahit (Buruk)
Sebab Apabila Engkau Terlalu Manis Engkau Ditelan/Dikuasai
Terlalu Pahit/Buruk Engkau Dimuntahkan/Dibenci (Jadi Yang Baik Ialah Bertindak Yang Wajar).

===================================
3.  Upoadang Tokko, Eppa'i Tenriulle Parewe',
•    Mulamulanna Ada Pura Ripassu'e Ritimue,
•    Maduanna Anu Pura Riabbereangnge,
•    Matelluna Anu Pura Nakennae Uki,
•    Maeppa'na Umuru' Pura Llaloe.
      Artinya : Juga Saya Katakan Padamu, Ada Empat Hal Yang Tidak Dapat Dikembalikan,

•    Permulaannya Yaitu Kata Kata Yang Sudah Dikeluarkan Dari Mulut,
•    Kedua Benda Yang Sudah Diberikan,
•    Ketiga Benda Yang Telah Tertentu Nasibnya,
•    Keempat Umur Yang Telah Liwat.

 ===================================
4. Upaseng Tokko, Tellu Ritu Riapparentang Riakkarungengnge,
•    Mula Mulanna Riaparentai Sibawa Cenning Ati,
•    Maduanna Riparentai Sibawa Siri',
•    Matelluna Riparentai Sibawa Tau'na.
   Artinya : Juga Saya Pesankan, Ada Tiga Jenis Perintah Dalam Jabatan,
•    Permulaannya Diperintah Dengan Ketulusan Hati,
•    Kedua Diperintah Dengan Mengingat Harga Diri,
•    Ketiga Diperintah Dengan Rasa Takut/Taat.
 ===================================


5. Riparentai Sibawa Siri, Riamasei Riolo Temmaresona, Riraiyang Pulana Pappalece Rimunri Akkaresona. Riaddampengangngi Asalanna Risitinajannae, Rininiriyangngi Ada Ada Enrengnge Pangkaukeng Bati' Todeccengnge, Bettuana Aja' Mupegaukengi Maka Naposiri'e, Apa Siri'namitu Ripoatangngi. Werengi Ada Ada Enrengnge Inninawa Marilelang, Apa Iyatu Todeccengnge, Narekko Engkai Patuju Mapetu Innokkinnongngi Ritu.

Artinya :
Diperintah Dengan Harga Diri, Dikasihani Terlebih Dahulu Sebelum Bekerja, Diperbanyak Belas Kasih Sesudah Bekerja, Dimaafkan Kesalahan Yang Pernah Dibuat Sewajarnya, Dipilihkan Kata Kata Dan Perbuatan Bagi Orang Yang Baik Artinya Jangan Bertindak Kepadanya Yang Dapat Menyinggung Harga Dirinya (Siri'na), Karena Dia Mengikut Hanya Karena Untuk Menjaga Harga Dirinya. Berikanlah Kata Kata Dan Tingkah Laku Tulus, Sebab Orang Baik Itu Putih/Suci Bersih, Kalau Dia Dalam Kebenaran.
 

 ============================================
6.  
Riparentai Sibawa Tau' =============>>>>>> Diperintah Karena Takut/Ketaatannya
Iyana Ritu Riassekiyangngi Ade' Pura Onrona==>>Yaitu Diperteguh Adat Yang Sudah Dibakukannya
Dipalalowangngi Ade' Abiasanna========>>>>>Dan Diizinkan Pada Adat Kebiasaannya
Terrilukkai Bicara Puranna ============>>>>> Tidak Dibatalkan Hukum Yang Telah Diselesaikan/Diputuskan
Tenriala Pada Olona=================>>>>>Tidak Dirampas Haknya
Rialangngi Atongengenna Ritanrereangngi Asalanna=>Diberikan Kebenarannya
Tenriwawa Ritengngelo'na.============>>>>Tidak Dibawah Tanpa Persetujuannya


====================================================

Ada Pappaseng selajuntnya akan di lanjutkan di postingan lainnya yang penting "idi pada rupa tau, aja nato pada engka mallagai" artinya " kita sesama manusia, jangan ada yang bertenkar.

Mohon Kritik dan sarannya........







Jumat, 30 Desember 2011

Torchlight v1.2 Patch

From: Perfect World Entertainment
Filename: rpg/torchlight/Torchlight12.exe
Size: 428.2MB
This patch includes bug fixes, gameplay fixes, and also acts as a two-hour trial. Read the readme for details. 


Minimum System Requirements: 1024 MB RAM, 0 MB Video RAM, 500 disk space



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More